Bitcoin kembali membuat gebrakan dalam pasar keuangan global, kali ini dengan mencapai prestasi menarik dalam alokasi portofolio investor. Menurut laporan terbaru dari JPMorgan, mata uang kripto yang terus meningkat popularitasnya ini telah melampaui emas dalam hal alokasi portofolio investor, terutama berkat penawaran ETF.
Para analis JPMorgan menyoroti bahwa alokasi Bitcoin (BTC) dalam portofolio investor kini telah melebihi emas ketika disesuaikan dengan volatilitas. Dengan alokasi yang mencapai 3,7 kali lipat lebih besar daripada emas, Bitcoin semakin mendapat tempat yang kuat dalam pikiran dan strategi investor.
Sebagai tambahan, laporan tersebut juga mencatat lonjakan dana yang masuk ke dalam ETF Bitcoin sebesar $9 miliar sejak pertama kali diluncurkan. Angka ini menunjukkan ketertarikan yang besar dari investor institusional dan ritel terhadap Bitcoin, sekaligus mengimbangi arus keluar dari Grayscale.
Pencapaian ini tidak hanya mencerminkan kepercayaan yang semakin tumbuh terhadap Bitcoin sebagai instrumen investasi, tetapi juga menunjukkan pergeseran penting dalam pandangan tradisional terhadap emas sebagai aset lindung nilai. Jika dulu emas sering kali dianggap sebagai benteng terakhir dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi, kini Bitcoin muncul sebagai pesaing serius yang memberikan alternatif yang menarik bagi para investor.
Potensi pasar ETF Bitcoin bahkan diperkirakan mencapai $62 miliar jika emas dijadikan patokan. Ini menandakan bahwa Bitcoin tidak hanya memasuki, tetapi juga membentuk lanskap investasi global dengan kehadirannya yang semakin dominan.
Namun, prestasi Bitcoin tidak berhenti di situ. Pada bulan Februari, pasar kripto secara keseluruhan mengalami periode yang sangat optimis, dengan total kapitalisasi pasar melonjak hampir 40% menjadi $2,2 triliun. Lonjakan ini dipicu terutama oleh kenaikan Bitcoin sebesar 45% dan Ethereum sebesar 47%.
Meskipun altcoin tidak sekuat itu, mereka tetap mencatatkan pertumbuhan dua digit. Bahkan sektor keuangan terdesentralisasi (DeFi) dan token non-fungible (NFT) juga mengalami kenaikan selama reli ini. Hal ini menunjukkan bahwa kripto tidak hanya merupakan tren investasi, tetapi juga semakin mengukuhkan posisinya di dalam ekosistem finansial global.
Tetapi seperti halnya gejolak yang sering terjadi dalam pasar kripto, Bitcoin juga mengalami penurunan signifikan setelah mencapai puncaknya. Harga Bitcoin mengalami penurunan tajam, turun 5,86% menjadi $68.105,40 pada Jumat, 15 Maret, meskipun masih mempertahankan valuasi pasar sebesar $1,33 triliun.
Penurunan ini diyakini disebabkan oleh lonjakan tingkat inflasi, terutama tercermin dalam Indeks Harga Produsen (PPI) AS. Lonjakan inflasi yang tak terduga ini, yang melampaui perkiraan sebesar 0,3% dengan mencapai 0,6% pada bulan Februari, menimbulkan kekhawatiran dan menarik perhatian Federal Reserve selama pertemuan mereka bulan ini.
Selain itu, likuidasi besar-besaran juga menjadi faktor penting dalam penurunan harga Bitcoin. Data dari Coinglass menunjukkan bahwa total $270,69 juta dilikuidasi, dengan $207,44 juta berasal dari posisi long dalam 24 jam terakhir. Likuidasi sebesar ini tentu saja menambah tekanan turun pada nilai Bitcoin.
Meskipun demikian, Bitcoin terus menarik perhatian sebagai aset yang menjanjikan dan inovatif. Prestasinya dalam melampaui emas dalam alokasi portofolio investor hanya menjadi salah satu dari banyak bukti bahwa kripto tidak hanya bertahan, tetapi juga semakin berkembang di tengah tantangan dan gejolak pasar global.