Tahun ini bukanlah tahun yang mudah bagi Binance, terutama setelah diterpa gelombang tekanan regulasi di seluruh dunia. Sorotan terbaru jatuh pada Nigeria, di mana Naira mengalami kejatuhan lebih dari 70% dalam satu tahun terakhir. Pemerintah Nigeria menyalahkan Binance atas krisis mata uang tersebut dan bahkan menahan beberapa eksekutifnya, sambil meminta denda sebesar $10 miliar.
Namun, di tengah kabut berita, pertanyaan mendasar muncul: apa sebenarnya yang terjadi? Pemerintah Nigeria perlu menjelaskan dasar dari tindakan ini.
Sebagai bagian dari penyelidikan, Otoritas Sekuritas Nigeria (SEC) menahan beberapa eksekutif Binance dan membekukan rekening bank serta afiliasinya di negara tersebut. Para eksekutif senior dipertahankan tanpa tuduhan resmi selama lebih dari dua minggu oleh otoritas Nigeria, memicu perhatian internasional dan memaksa masyarakat untuk menuntut klarifikasi.
Penyelidikan dan Dugaan
Pemerintah Nigeria menyalahkan Binance atas pemrosesan dana yang tidak dapat dilacak, yang dihubungkan dengan kejatuhan Naira Nigeria lebih dari 70% dalam setahun terakhir. Meskipun desas-desus beredar bahwa pemerintah meminta Binance membayar denda sebesar $10 miliar, pejabat Nigeria membantah klaim ini, meninggalkan tanda tanya besar.
Gambaryan dan Anjarwalla, dua pejabat teratas Binance, ditahan di Abuja pada 25 Februari setelah konflik dengan otoritas Nigeria. Mereka tetap ditahan tanpa tuduhan resmi, menimbulkan kekhawatiran akan kesejahteraan mereka dan transparansi penahanan. Kunjungan dari pejabat Amerika Serikat dan Inggris pun dilaporkan dipantau ketat oleh penjaga Nigeria, menciptakan ketidakpastian lebih lanjut.
Respon dari Binance
Binance memberikan tanggapan dengan menyatakan bahwa mereka sedang bekerja sama dengan otoritas Nigeria untuk memastikan kepulangan Gambaryan dan Anjarwalla dengan aman. Dengan menjaga profesionalisme dan integritas eksekutif yang ditahan, Binance memilih untuk tidak memberikan komentar terkait tuduhan yang diarahkan pada mereka.
Tekanan Internasional dan Diplomasi
Dalam sisi lain, tekanan terus bertambah, dengan istri Gambaryan mengajukan petisi kepada pemerintah Amerika Serikat untuk intervensi yang lebih tegas. Kejadian ini mencerminkan kompleksitas regulasi cryptocurrency dan diplomasi internasional, menggarisbawahi seberapa rumitnya keseimbangan antara teknologi finansial baru dan kebijakan tradisional.
Otoritas Nigeria mencari data transaksi dan permintaan penghapusan selama tujuh tahun yang melibatkan Naira Nigeria, sementara eksekutif Binance berupaya mendapatkan bantuan dari kedutaan. Akibatnya, pemerintah Nigeria mendapatkan surat perintah pengadilan untuk menahan pejabat setidaknya selama dua belas hari.
Menanti Penyelesaian
Tanpa penyelesaian yang jelas, pemangku kepentingan terus waspada, menanti perkembangan lebih lanjut. Namun, penahanan eksekutif Binance di Nigeria adalah pengingat tajam tentang seberapa rentan ruang cryptocurrency ini, menyoroti perlunya transparansi di antara pelaku crypto dan regulator.
Apakah krisis mata uang Nigeria akan meredam aktivitas crypto di negara itu? Jawabannya hanya bisa diberikan oleh waktu.