Harga Bitcoin yang baru-baru ini mencapai $87.892 semakin menarik perhatian para investor. Banyak yang mengaitkan lonjakan ini dengan kemenangan Donald Trump dalam pemilu AS, yang dianggap mendukung kripto. Namun, menurut Jesse Myers, pendiri Onramp Bitcoin, halving Bitcoin yang terjadi beberapa bulan lalu merupakan pendorong utama kenaikan harga ini. Apa yang sebenarnya terjadi pada supply dan demand Bitcoin? Mari kita bahas.
Supply Shock Setelah Halving
Pada bulan April, Bitcoin menjalani halving, yaitu pengurangan hadiah blok dari 6,25 BTC menjadi 3,125 BTC. Halving adalah peristiwa di mana hadiah yang diterima penambang Bitcoin berkurang setengahnya, yang otomatis mengurangi suplai Bitcoin baru. Menurut Myers, inilah yang menciptakan ketidakseimbangan antara permintaan dan suplai, yang memicu lonjakan harga.
Myers menyebutkan, “Kita sekarang berada lebih dari enam bulan setelah halving. Situasi ini akan terus memaksa harga untuk naik, dan mungkin saja akan terbentuk gelembung harga jika tren permintaan terus meningkat.” Analis on-chain James Check juga menambahkan, selama setahun terakhir, emas menambah nilai pasar sekitar $6 triliun, sedangkan Bitcoin hanya memiliki kapitalisasi pasar sekitar $1,6 triliun. Artinya, potensi pertumbuhan nilai Bitcoin masih sangat besar di masa depan.
Permintaan Bitcoin yang Meningkat Pesat
Selain supply shock, permintaan akan Bitcoin juga terus naik. Analis investasi Anthony Scaramucci menekankan bahwa bagi yang belum berinvestasi di Bitcoin, ini adalah momen yang tepat. “Anda mungkin merasa ketinggalan, tetapi sebenarnya masih ada di tahap awal,” ujar Scaramucci. Ia juga memprediksi bahwa Amerika Serikat akan membentuk cadangan strategis Bitcoin, yang mungkin diikuti oleh negara-negara lain.
Saat ini, sekitar 94% dari total suplai Bitcoin sudah beredar atau hilang. Artinya, hanya ada sekitar 1,2 juta BTC yang bisa ditambahkan ke suplai yang beredar. Kondisi ini membuat Bitcoin menjadi semakin langka, dan kenaikan permintaan ini turut mendorong harganya. Pasokan terbatas ini, ditambah dengan peristiwa halving setiap empat tahun, membuat Bitcoin unik dibanding aset lainnya.
Bagaimana Supply Shock dan Permintaan Meningkat Menentukan Harga Bitcoin?
Kombinasi antara supply yang terbatas dan permintaan yang meningkat secara historis telah mendorong kenaikan harga Bitcoin. Setelah setiap peristiwa halving, harga Bitcoin cenderung mengalami kenaikan besar. Analis percaya bahwa permintaan dari investor institusional dan pemerintah akan semakin memperkuat keberlanjutan Bitcoin di masa depan.
Dalam beberapa bulan terakhir, investor institusional semakin tertarik pada Bitcoin. Selain itu, Bitcoin kini dianggap sebagai aset aman dari inflasi, yang menarik bagi mereka yang ingin melindungi kekayaan dari ketidakstabilan ekonomi. Semua faktor ini membuat investor yakin bahwa tren kenaikan harga Bitcoin ini akan terus berlanjut.
Masa Depan Bitcoin sebagai Aset Jangka Panjang
Bitcoin semakin dilihat sebagai aset investasi jangka panjang, terutama oleh lembaga-lembaga besar yang menganggapnya sebagai aset strategis. Dengan harga yang terus meningkat, banyak pihak mulai melihat Bitcoin sebagai aset yang bisa menjadi cadangan strategis, seperti emas.
Dengan suplai terbatas dan permintaan yang terus meningkat, harga Bitcoin diprediksi akan terus naik dalam beberapa tahun ke depan. Bagi investor, memahami siklus halving dan supply shock dapat membantu membuat keputusan investasi yang lebih baik.
Kesimpulan: Apakah Ini Saat yang Tepat untuk Berinvestasi?
Kenaikan harga Bitcoin yang disebabkan oleh supply shock dan permintaan yang meningkat menunjukkan potensi positif untuk masa depan Bitcoin. Bagi mereka yang baru mempertimbangkan investasi, analis seperti Scaramucci percaya bahwa kita masih berada di tahap awal.
Ketika Bitcoin semakin diakui sebagai aset cadangan oleh pemerintah dan institusi besar, potensi pertumbuhannya menjadi semakin nyata. Bitcoin menawarkan peluang investasi unik karena jumlahnya yang terbatas, permintaan yang terus meningkat, serta siklus halving yang menjaga nilainya tetap langka.